Morrissey Technology

Loading

Ilmuwan China kembangkan beton “Marshmallow” untuk redam laju pesawat saat mendarat darurat

Beijing – Sejumlah peneliti China telah menciptakan sebuah sistem keamanan landasan pacu revolusioner dengan menggunakan beton busa ultraringan yang dijuluki sebagai beton “marshmallow” (marshmallow concrete). Material ini mampu menghentikan pesawat berbobot ratusan ton dengan halus saat melakukan pendaratan darurat.

Terobosan ini dicapai oleh China Building Materials Academy (CBMA) Co., Ltd., berkolaborasi dengan Akademi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Penerbangan Sipil China (China Academy of Civil Aviation Science and Technology) dan sebuah perusahaan teknologi afiliasi akademi tersebut di Beijing.

Baru-baru ini, penemuan tersebut mendapatkan penghargaan hadiah kedua untuk inovasi dari China Building Materials Federation, demikian dilansir Science and Technology Daily pada Senin (7/7).

Tim peneliti berhasil mengembangkan material baru yang menyerupai beton biasa, namun dengan tingkat porositas lebih dari 80 persen dan bobot hanya 200 kilogram per meter kubik, yang merupakan sepersepuluh dari berat beton standar.

Material ini menciptakan “penghalang lunak” yang menyerap energi kinetik melalui proses penghancuran terkendali. “Bentuknya tampak keras, tetapi akan hancur saat terkena benturan, sehingga memperlambat laju pesawat secara mulus,” jelas Fang Jun, seorang insinyur penelitian dan pengembangan (litbang) di CBMA.

Proses lepas landas dan pendaratan merupakan fase penting bagi keselamatan pesawat, di mana kecelakaan kerap terjadi. Guna meminimalisir risiko, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO) mewajibkan adanya area keselamatan di ujung landasan pacu (Runway End Safety Areas/RESA) yang membentang setidaknya 90 meter di ujung landasan pacu.

Secara historis, kolam air, lahan berumput, tanah, atau pasir sering dijadikan sebagai RESA, namun pilihan-pilihan tersebut tidak stabil dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

“Misalnya, kolam air cenderung membeku saat musim dingin dan mengundang hewan liar, sementara permukaan tanah sangat sensitif terhadap kelembapan dan suhu lingkungan, serta memiliki sifat mekanis yang tidak stabil,” ujar Fang.

Untuk mengembangkan kemampuan luar biasa dalam menyerap energi melalui proses fraktur, performa keruntuhan mekanis beton busa ultraringan harus dikendalikan secara presisi.

Dengan menggunakan Boeing 747 sebagai contoh, dia menjelaskan bahwa beton busa yang digunakan untuk ketahanan benturan harus dipertahankan dalam rentang kekuatan yang presisi, yaitu antara 0,30 hingga 0,35 megapascal.

“Untuk beton busa biasa, kekuatan yang lebih tinggi biasanya lebih baik. Namun, material kami beroperasi dengan persyaratan kekuatan yang lebih rendah, dengan rentang fluktuasi yang sangat sempit,” papar Fang.

Proposal teknis internasional menggunakan semen kalsium sulfoaluminat sebagai bahan baku, yang memberikan keunggulan seperti pengerasan cepat dan mengurangi berbagai kesulitan dalam pembentukan.

Kendati demikian, tingginya biaya material ini menjadi tantangan bagi banyak bandar udara (bandara) kecil berbiaya rendah.

Selain itu, menurut Fang, sifat alami semen kalsium sulfoaluminat dapat menyebabkan material ini melapuk menjadi serbuk setelah digunakan dalam jangka waktu lama.

Oleh karena itu, tim dari China berusaha mengembangkan formula yang lebih ekonomis namun tetap tahan lama dengan memanfaatkan semen biasa.

Proses pembentukan busa merupakan tahap krusial dalam produksi beton busa ultraringan. “Proses ini pada dasarnya adalah ‘meniup gelembung’ ke dalam campuran beton,” kata Fang.

Untuk memperkuat lapisan-lapisan gelembung, para peneliti secara inovatif memperkenalkan agen pembuih rantai ganda berbahan dasar resin maleat (maleated rosin-based twin-chain air-entraining agent).

Agen ini memungkinkan molekul-molekul untuk tersusun rapat pada membran gelembung, sehingga membentuk lapisan pelindung yang kokoh guna mencegah runtuhnya material.

Selain itu, untuk kinerja jangka panjang di luar ruangan pada sistem penahan pesawat, tim peneliti tersebut mengembangkan teknologi pengaturan kekuatan dua tahap.

Teknologi ini secara presisi mengontrol perkembangan kekuatan melalui mekanisme pelepasan bertahap, memungkinkan material untuk mengimbangi degradasi kekuatan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan seiring waktu, ujar Fang.

Saat ini, sistem tersebut sudah diterapkan di 14 bandara yang tersebar di seluruh China. Hasil pemantauan selama satu tahun di salah satu bandara yang terletak di Nyingchi, Daerah Otonom Xizang, China barat daya, menunjukkan bahwa perubahan sifat material hanya mencapai 3 persen, jauh di bawah batas toleransi desain yang ditetapkan sebesar 10 persen, tuturnya.

Ilmuwan China cetak rekor efisiensi konversi tenaga surya ke hidrogen

Tianjin  – Tim peneliti di Universitas Tianjin, China, mencetak tonggak sejarah dalam produksi hidrogen bertenaga surya, dengan mengembangkan fotoanoda semitransparan yang mendorong efisiensi konversi tenaga surya menjadi hidrogen (solar-to-hydrogen/STH) hingga mencapai rekor 5,1 persen.

Terobosan ini, yang dipublikasikan di Nature Communications, menawarkan jalur yang menjanjikan bagi teknologi “daun artifisial” yang terukur, demikian dilansir Science and Technology Daily pada Selasa (17/6).

“Daun artifisial” merupakan perangkat berbasis silikon yang menggunakan tenaga surya untuk memisahkan hidrogen dan oksigen dalam air, sehingga menghasilkan energi hidrogen dengan cara yang bersih.

Dipimpin oleh Wang Tuo, profesor dari Fakultas Teknik dan Teknologi Kimia, tim peneliti membahas batasan-batasan penting dalam sistem pemisahan air tenaga surya yang tidak bias, yang menghasilkan hidrogen tanpa tegangan listrik eksternal.

Fotoanoda indium sulfida (In₂S₃) inovatif mereka mengatasi pertukaran konvensional antara konduktivitas dan transparansi cahaya.

“Desain semitransparan kami secara serentak mempercepat reaksi oksidasi air dan memungkinkan foton mencapai fotokatalis, sehingga meminimalkan pemborosan energi,” kata Wang, yang juga bertindak sebagai penulis korespondensi untuk penelitian ini.

Divalidasi dalam sistem mandiri yang sepenuhnya ditenagai oleh tenaga surya, perangkat ini mencapai efisiensi STH 5,1 persen, melampaui tolok ukur 5 persen untuk sistem konvensional yang menggunakan fotokatalis silikon dengan fotoanoda anorganik. Ini menandai efisiensi tertinggi yang dilaporkan untuk konfigurasi semacam itu, kata Wang.

Penelitian ini memberikan solusi baru bagi dua tantangan yang masih ada saat ini, yakni transfer elektron interfasial yang lamban dan kehilangan optik yang signifikan.

Dengan pengoptimalan lebih lanjut, teknologi ini diharapkan dapat membuka jalan untuk mengembangkan “daun artifisial” yang hemat biaya dan tahan lama.

Beberapa penerapan potensial untuk “daun artifisial” di antaranya unit pembangkit hidrogen yang diintegrasikan ke dalam fasad bangunan, atap, atau pabrik produksi yang berbasis di gurun, ujar Wang.